Breeding, aktivitas yang bermanfaat atau berbahaya?
Di Indonesia kata-kata breeding dan breeder selalu diasosiasikan dengan registered cattery atau orang yang berprofesi membiakkan kucing ras untuk dijual ke masyarakat. Hal ini tidak jarang mengundang image negatif masyarakat penyayang kucing yang memandang kelompok ini adalah kelompok orang pengeksploitasi kucing untuk mendapatkan keuntungan materi semata. Sayangnya kesalahkaprahan ini juga belum pernah ditepis oleh organisasi para breeder dengan melakukan perbaikan mental serta perilaku para breedernya, sehingga cap hitam ini makin melekat dengan kuat.
Mental perilaku negatif breeder yang bagaimana sih yang dimaksudkan? Misalnya, coba sekali-sekali main ke cattery atau rumah breeder, kebayakan dari yang anda temukan adalah sebuah pabrik kucing dengan puluhan ekor kucing didalamnya serta puluhan bayi kucing yang siap dijual. Coba iseng-iseng tanyakan tentang harga atau nyatakan minat untuk megadopsi/membeli kucingnya, kebanyakan dari mereka akan dengan bersemangat menjelaskan bahwa kucingnya keturunan ras murni, keturunan champion, kucing import dan berbagai macam bumbu manis yang ujung-ujungnya adalah untuk mendongkrak harga jual kucingnya. Berapa breeder yang mau mensurvey dulu calon pembelinya, dan menanyakan apakah tujuannya untuk breeding, show atau sekedar untuk binatang peliharaan di rumah? Berapa breeder yang bertanya apakah calon pembeli sudah pernah mempunyai kucing atau pengalaman merawat kucing sejenis? Berapa breeder yang bertanya apakah pembeli tidak mempunyai anggota keluarga yang alergi terhadap bulu kucing? Berapa breeder yang bertanya bagaimana kondisi lingkungan di rumah, apakah rumahnya bertingkat? apakah mempunyai kolam renang, dsb yang kemungkinan bisa membahayakan kondisi kucingnya? Berapa breeder yang menanyakan kesanggupan dan komitmen pembelinya untuk memelihara kucingnya sampai seumur hidupnya? membawanya ke dokter hewan kalau sakit, dan mau mengontak kembali breedernya bila suatu hari tidak sanggup lagi merawat kucingnya? Jarang sekali yang seperti ini kita temukan bukan? Padahal paling tidak ini adalah etika yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang breeder.
Lucunya, banyak juga orang yang tidak merasa dirinya adalah seorang breeder padahal dia mengawin-kawinkan kucingnya beberapa kali, serta menyilang-nyilangkan berbagai ras secara bebas, terlepas dari tujuannya apakah untuk dijual atau sekedar buat dipelihara sendiri atau malah diberikan ke orang lain.
Tapi apakah benar bahwa tidak ada sisi positif dari sebuah breeding? Kalau kita melihat statemen dari tujuan Organisasi para Cat fanciers seperti CFA, bahwa welfare for all cats adalah misinya, maka semestinya tujuan breeding tidaklah sama dengan konotasi negatif seperti di atas. CFA mengarahkan para breedernya untuk menjadi responsible breeder yang tidak hanya membiakkan kucing untuk memperbaiki kualitas kesehatan, memperbaiki kualitas penampilan fisik dan temperamen, tapi juga memberikan edukasi dan aura positif terhadap penyayang kucing yang lain serta mengajak para penyayang kucing menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap binatang peliharaannya, dan juga memperbaiki pengetahuan dan keilmuan tentang pemeliharaan serta kesehatan kucingnya.
Seperti sebuah pedang bermata dua, dunia breeding bisa membawa efek positif dan juga efek negatif pada dunia kucing, terutama kalau breeding tidak dilandasi dengan tujuan yang benar serta keilmuan yang cukup. Sudah cukup banyak kita lihat kucing hasil breeding berstatus jadi kucing terbuang dan kucing jalanan atau lebih parah malah mati mengenaskan di kandang petshop! Apakah kita akan tega melihat hal ini terus terjadi dan berkembang? Kontribusi di sisi manakah yang akan anda berikan sebagai seorang breeder? Maukah anda berkontribusi untuk tidak memperpanjang list abandoned cats seperti kucing-kucing yang dicantumkan di website-website ini?
http://www.werescuecats.ca/
http://purebredcatbreedrescue.org/rescues.htm
Tegakah anda melihat kucing anda jadi penghuni shelter seperti mereka?